Sabtu, 09 Januari 2010


Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berasal dari Social Studies dikembangkan di Amerika tahun 1962-an dan National Council for Social Studies NCSS) didefinisikan sebagai:

"Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archaeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and the natural sciences (Savage and Armstrong, 1996)

Terkait dengan pengertian tersebut, mata Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat dikatakan sebagai mata pelajaran di sekolah yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang diorganisasikan dengan satu pendekatan interdisipliner, multidipliner atau transdisipliner Ilmu-ilmu Sosial dan humaniora (sosiologi, ekonomi, geografi, sejarah, politik, hukum, budaya, psikologi sosial, ekologi). Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa IPS merupakan bahan kajian yang wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang antara lain mencakup ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan dan lain sebagainya yang dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat (penjelasan pasal 37). Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai bahan kajian merupakan subject matter yang dapat dikemas menjadi satu atau beberapa mata pelajaran atau diintegrasikan dengan bahan kajian lain sesuai dengan kebutuhan pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan studi terintegrasi dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk membentuk warganegara yang baik, mampu memahami dan menganalisis kondisi dan masalah sosial serta ikut memecahkan masalah sosial kemasyarakatan tersebut. Mata pelajaran IPS di sekolah merupakan sebuah studi yang terkoordinasi, sistematis yang dikembangkan atas dasar disiplin-disiplin ilmu yaitu antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, politik, psikologi, agama, dan sosiologi, dan juga konsep-konsep yang dibutuhkan dari humaniora, matematika, dan ilmu-ilmu alam. Dalam buku panduan ini, sesuai dengan Permendiknas No 22 tahun 2006, mata pelajaran IPS di SMP meliputi bahan kajian sejarah, geografi, ekonomi, dan sosiologi.




Karateristik mata pelajaran IPS di SMP antara lain sebagai berikut.
1. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan keterpaduan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi.
2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga dapat dikembangkan menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan (Daldjoeni, 1981).
5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi (ruang, waktu, dan nilai/moral) dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.

Tabel 1. Dimensi IPS Dalam Kehidupan Manusia

Dimensi dalam kehidupan manusia Ruang Waktu Nilai/Norma
Area dan substansi pembelajaran Alam sebagai tempat dan penyedia potensi sumber daya Alam dan kehidupan yang selalu berproses, masa lalu, saat ini, dan yang akan datang Kaidah atau aturan yang menjadi perekat dan penjamin keharmonisan kehidupan manusia dan alam
Kompetensi Dasar yang dikembangkan Adaptasi spasial dan eksploratif Berpikir kronologis, prospektif, antisipatif Konsisten dengan aturan yang disepakati dan kaidah alamiah masing-masing disiplin ilmu
Alternatif penyajian dalam mata pelajaran Geografi Sejarah Ekonomi, Sosiologi/Antropologi
Sumber: Sardiman, 2004



Tujuan pembelajaran IPS secara umum adalah menjadikan peserta didik sebagai warga negara yang baik, mampu memahami, menganalisis, dan ikut memecahkan masalah-masalah sosial kemasyarakatan, dengan berbagai karakter yang berdimensi spiritual, personal, sosial, dan intelektual (Soedarno Wiryohandoyo, 1997). Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Awan Mutakin, 1998):
1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
3. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.
4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.
5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.











Makna terpadu dalam pembelajaran IPS adalah adanya keterkaitan antara berbagai aspek dan materi yang tertuang dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam Standar Isi IPS sehingga melahirkan tema/topik pembelajaran. Pembelajaran terpadu juga dapat dikatakan pembelajaran yang memadukan materi beberapa mata pelajaran atau disiplin ilmu dalam satu tema. Keterpaduan dalam pembelajaran IPS dimaksudkan agar pembelajaran IPS lebih bermakna, efektif, dan efisien.



Terdapat beberapa model keterpaduan dalam pembelajaran IPS antara lain:
1. Connected.
Model connected merupakan model keterpaduan yang mana suatu konsep dipertautkan dengan konsep lain
2. Sequenced
Model sequenced merupakan model keterpaduan yang mana beberapa topik diatur ulang serta diurutkan agar dapat serupa satu sama lain
3. Shared
Model Shared merupakan model keterpaduan yang mana dua mata pelajaran sama-sama diajarkan dengan menggunakan konsep-konsep atau keterampilan yang tumpang tindih (overlap)
4. Webbed
Model webbed merupakan suatu model keterpaduan yang mana tema-tema dibangun atas dasar beberapa topik, materi, dan KD yang berhubungan

5. Threaded
Model threaded merupakan pendekatan metakurikuler yang digunakan untuk mencapai beberapa keterampilan dan tingkatan logika para peserta didik dengan berbagai mata pelajaran

6. Integrated
Model integrated merupakan model keterpaduan yang mana suatu tema merupakan topik-topik yang beririsan dan tumpang tindih dari bidang-bidang keilmuan (Forgaty, 1991).
Untuk memudahkan guru, model Keterpaduan dalam panduan ini lebih difokuskan pada model keterpaduan integrated dan connected (correlated).
1. Model Integrated
Sesuai dengan konsep di atas, dapat dikatakan bahwa model integrated menggunakan pendekatan antar bidang keilmuan dengan cara menemukan konsep, sikap, dan materi yang saling tumpang tindih dalam beberapa bidang studi sehingga melahirkan topik/tema baru. Dalam model ini, SK dan KD dari berbagai bidang ilmu sosial yang saling berhubungan dilebur untuk membentuk suatu konsep-konsep atau yang baru (walaupun asalnya dari konsep disiplin ilmu tertentu). Keterpaduan dalam IPS dengan menggunakan model integrated dapat digambarkan seperti gambar 3.1.

Gambar 3.1. Model integrated dalam pembelajaran IPS

2. Model connected/ correlated
Keterpaduan connected atau biasa disebut correlated merupakan keterpaduan yang berangkat dari satu KD/materi atau masalah kemudian dicari hubungan dengan KD/materi/aspek yang lain. Pembelajaran terpadu model connected dilakukan dengan mengaitkan satu KD atau satu pokok bahasan dengan KD atau pokok bahasan yang lain atau mengaitkan satu konsep dengan konsep lain. Keterpaduan dalam IPS dengan menggunakan model connected/correlated dapat digambarkan seperti gambar 3.2.









Gambar 3.2. Model correlated dalam pembelajaran IPS
Model pembelajaran terpadu, baik integrated maupun correlated memiliki beberapa kelebihan antara lain.
a. Adanya kemungkinan pemahaman antar bidang studi, karena memfokuskan pada isi pelajaran, strategi berpikir, ketrampilan sosial, dan ide-ide penemuan lain.
b. Satu pelajaran dapat menyangkut banyak dimensi sehingga peserta didik dalam pembelajaran menjadi semakin diperkaya dan berkembang
c. Memotivasi peserta didik dalam belajar menjadi lebih tinggi karena pembelajaran lebih kontekstual dan problematis
d. Memberikan perhatian pada berbagai bidang yang penting dalam satu saat
e. Waktu pembelajaran lebih efektif dan efisien karena guru tidak perlu mengulang materi yang tumpang tindih.
f. Dengan pengintegrasian inter bidang studi, maka peserta didik memiliki gambaran yang luas materi yang dipelajari.
g. Peserta didik dapat mengembangkan konsep-konsep kunci terus-menerus sehingga terjadi proses internalisasi
h. Dengan mengintegrasikan ide-ide dalam inter bidang studi memungkinkan peserta didik mampu mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide dalam memecahkan masalah.
Sekalipun ada beberapa kelebihan, ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu, antara lain:.
a. Guru harus menguasai konsep, sikap, dan ketrampilan yang diprioritaskan sebagai tema atau fokuspembelajaran
b. Pelaksanaan model integrated ini menuntut para guru bekerja ekstra dalam menyusun persiapan, mengingat kemampuan guru yang umumnya masih mengajar terpisah-pisah sesuai bidang keilmuan masing-masing.
c. Dalam merancang perencanaan maupun pelaksanaan diperlukan tim antar pengampu bidang keilmuan secara baik.













Dalam dokumen Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi terlihat bahwa SK dan KD belum sepenuhnya menggambarkan IPS secara terpadu. Oleh karena itu perlu ada upaya untuk merekonstruksi standar isi agar KD-KD menjadi terpadu dalam materi pembelajaran. Rekonstruksi Standar Isi dapat dikembangkan melalui dua model yaitu integrated dan correlated (connected). Adapun langkah-langkah rekonstruksi Standar Isi menggunakan kedua model tersebut akan dijelaskan pada uraian berikut.
1. Model Integrated
Model integrated (terintegrasi) dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi materi pokok yang tercakup dalam beberapa KD yang tumpang tindih.
b. Merumuskan materi pokok yang tumpang tindih menjadi suatu tema
c. Menyusun silabus dan RPP
d. Menyusun bahan ajar


Gambar 3.1. Model integrated dalam pembelajaran IPS

Contoh silabus dan RPP model integrated dapat dilihat pada lampiran 1 a. dan lampiran 2 a.
2. Model Correlated atau Connected
Model connected atau correlated dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menentukan KD atau topik dalam suatu bidang ilmu yang akan dipelajari
b) Mengidentifikasi KD-KD dan aspek-aspek dalam kehidupan atau bidang ilmu yang relevan dengan KD yang akan dipelajari yang menjadi fokus pembelajaran.
c) Membuat keterkaitan antara KD atau topik yang dipelajari dengan KD atau bidang ilmu lainnya
d) Menyusun silabus dan RPP
e) Menyusun bahan ajar











Atau contoh lain dapat dilihat pada matrik berikut ini.
NO TEMA SEJARAH GEOGRAFI EKONOMI POLITIK SOSIOLOGI
1 Pasar (diambil dari KD/bidang ilmu ekonomi) Sejarah timbulnya pasar Letak dan keterjangkauan pasar Fungsi pasar.
Jual-beli
Produsen konsumen Berbagai kewenangan penarik retribusi, perijinan. Hubungan penjual dan pembeli
Dampak sosial di sekitar pasar.
2 Pertanian (diambil dari geografi) Sejarah perkembangan pertanian, sistem/ model pertanian. Areal dan batas-batas daerah pertanian Produsen
Kesejahteraan pendudukDana pengelolaan Ketentuan pajak, status tanah pertanian. nilai dan norma kehidupan masyarakat yang agraris
3 Kolonialisme (diambil dari KD/bidang ilmu sejarah) Latar belakang munculnya kolonialisme, perkembangan kolonialisme di Indonesia, semangat juang melawan kolonialisme. Daerah-daerah yang menjadi kekuasaan kolonial. Sistem perdagangan monopoli, Kemiskinan. Pelanggaran HAM, ketidakadilan, pembentukan kekuasaan. Munculnya struktur masyarakat baru, penderitaan rakyat dan dampaknya bagi nilai-nilai kehidupan

Contoh silabus dan RPP model correlated dapat dilihat pada lampiran 1b dan lampiran 2b.
Tema/Topik dalam model integrated dapat dikembangkan berdasarkan:
a. Isu, peristiwa, aktivitas sosial yang berkembang dalam masyarakat misalnya terjadinya pengeboman, kemenangan suatu pemilu, bencana alam, dan sebagainya.
Pengembangan tema skema berikut memberikan gambaran keterkaitan suatu topik/tema dengan berbagai disiplin ilmu.
b. Potensi utama yang ada di wilayah setempat.
Pengembangan tema/topik dapat didasarkan pada potensi utama yang ada di wilayah setempat; sebagai contoh, “Candi Prambanan sebagai sumber devisa”, Dalam pembelajaran ini dibahas tentang Candi Prambanan ditinjau dari sudut pandang sejarah (yang berkaitan dengan KD sejarah terpilih), ekonomi (sesuai dengan KD ekonomi terpilih) dan sosiologi (sesuai dengan KD sosiologi terpilih).
c. Permasalahan yang terjadi di masyarakat/daerah
Pengembangan Tema/Topik bisa didasarkan atas permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat. Contohnya adalah “Pemukiman Kumuh di bantaran Sungai Ciliwung (Jakarta)”, perjudian, kenakalan remaja, narkoba, transportasi, penyimpangan sosial. Berikut ini menyangkut contoh tema pembelajaran “Pemukiman Kumuh ditinjau dari beberapa faktor sosial yang mempengaruhinya yaitu faktor geografi, ekonomi, sejarah dan sosiologi”




Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam panduan ini, pengertian model dan metode diartikan sama yakni sebagai langkah-langkah yang digunakan untuk merealisasikan strategi pembelajaran. (Sanjaya, 2008:126). Berikut ini beberapa contoh model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS, antara lain:


1. Ceramah Bervariasi
Metode ceramah bervariasi merupakan metode ceramah yang divariasikan dengan metode lainnya, seperti tanya jawab, diskusi, permainan, dan debat. Dengan melakukan ceramah bervariasi, diharapkan peserta didik termotivasi optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ceramah merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam berbagai kegiatan. Untuk menghindari kejenuhan peserta didik didik dalam penggunaan metode ceramah guru dapat melakukan ceramah dengan bervariasi. Ceramah bervariasi merupakan salah satu upaya membentuk suasana variatif yang merupakan salah satu upaya bagi guru agar pembelajaran menjadi hidup, terjadi interaksi antara guru dengan peserta didik, antara peserta didik dengan peserta didik, dan tidak membosankan. Interaksi guru dengan peserta didik dapat dilakukan melalui tanya jawab, penggunaan media, semi diskusi, dan lain-lain.
Contoh penerapan metode ceramah bervariasi dengan permainan kartu pada pembelajaran IPS :
Misalnya guru membelajarkan tentang vulkanisme dan diatropisme.
Langkah-langkah dalam model ceramah bervariasi :

a. Siapkan kartu berisi jawaban-jawaban yang mengacu pada indikator pembelajaran.
b. Bagikan kartu-kartu tersebut kepada sebagian atau seluruh peserta didik, idealnya satu kartu untuk 2-3 peserta didik
c. Tandailah di balik kartu tersebut dengan angka atau huruf berurutan, mintalah peserta didik untuk mengingat-ingat nomor kartu yang mereka pegang
d. Mulailah dengan ceramah di depan kelas sekitar 25 menit
e. Akhirilah dengan memberi pertanyaan kepada peserta didik, dengan meminta kepada mereka mencermati jawaban pada kartu yang mereka pegang, kemudian mengumpulkan atau mengelompokkan pada jenis bahasan ke depan. Untuk menarik perhatian, guru dapat melakukan dengan membuat miniatur dua pohon tanpa daun, kemudian minta peserta didik untuk menggantungkan jawaban pada pohon yang mereka pilih
f. Koreksilah apakah peserta didik menempatkan kartu pada tempat yang benar (sesuai dengan jawaban). Apabila benar semua, berarti peserta didik telah memahami pembelajaran, apabila belum, guru perlu melakukan evaluasi atau menjelaskan bagian yang belum dikuasai peserta didik.
g. Guru dapat melakukan berkali-kali dalam satu kali pertemuan

2. Diskusi
Diskusi adalah model pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada suatu permasalahan. Model tersebut mempunyai tujuan utama untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan peserta didik, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen,1998). Dengan demikian diskusi bukan merupakan debat yang bersifat mengadu argumentasi, akan tetapi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama hampir semua kompetensi dasar dalam isi mata pelajaran IPS dapat dilakukan dengan metode diskusi, tetapi guru dapat menekankan topik-topik yang menarik untuk didiskusikan.
Jenis-jenis diskusi:
a. Whole groups.
Whole groups merupakan metode diskusi yang mana kelas merupakan suatu kelompok diskusi. Whole group yang ideal apabila jumlah peserta didik dalam satu kelas tidak terlalu besar.
b. Buzz group.
Buzz group merupakan bentuk diskusi yang mana peserta didik dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, setiap kelompok terdiri atas 4-5 orang. Pengaturan tempat duduk peserta didik dalam setiap kelompok diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi dilaksanakan pada tengah atau akhir pembelajaran dengan maksud menajamkan dan memperjelas materi pembelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan guru.
c. Panel.
Panel merupakan bentuk diskusi yang mana kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari 3 – 6 orang. Setiap kelompok diberi tugas mendeskripsikan suatu subyek tertentu. Peserta didik duduk dalam posisi semi melingkar, dipimpin oleh seorang moderator.
d. Sindicate group.
Sindicate group merupakan bentuk diskusi yang mana kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang disebut sindicate. Setiap sindikat bersidang sendiri atau membaca bahan, berdiskusi dan menyusun laporan yang berupa kesimpulan sindikat. Tiap laporan dibawa ke sidang pleno untuk didiskusikan lebih lanjut.
e. Brain Storming group.
Brain Storming group merupakan bentuk diskusi yang mana kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok diminta untuk menyampaikan ide-ide baru. Setiap anggota kelompok dimotivasi untuk mengeluarkan pendapatnya.

Langkah-langkah pembelajaran IPS dengan metode diskusi (buzz group).
Misalnya guru mengajarkan topik tentang penyimpangan sosial dalam keluarga dan masyarakat.
a. Bentuk kelompok dengan anggota 5 – 7 orang
b. Guru melemparkan masalah kepada peserta didik, tentang sebab-sebab terjadinya penyimpangan sosial dalam keluarga dan masyarakat
c. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk mengidentifikasi tentang sebab-sebab terjadinya penyimpangan sosial dalam keluarga maupun masyarakat
d. Guru memberi kesempatan pada kelompok I untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok, kemudian guru secara aktif melempar ide-ide tersebut untuk ditanggapi dan dilengkapi oleh kelompok yang lain
e. Peserta didik bersama-sama dengan guru membuat kesimpulan

3. Inquiri (Mencari)
Proses pembelajaran dengan metode inquiri didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaannya guru tidak mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan dapat menemukan sendiri materi yang harus dipelajari. Dalam hal ini peserta didik berperan aktif untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari berbagai masalah sehingga peserta didik memperoleh pengalaman – pengalaman dan berhasil menemukan konsep melalui pengalaman tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan dalam metode pembelajaran ini meliputi :
a. Merumuskan masalah
b. Mengajukan hipotesis
c. Mengumpulkan data
d. Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan
e. Membuat kesimpulan
Contoh penerapan metode Inquiri pada pembelajaran IPS :
Misalnya guru membelajarkan tentang dampak kerjasama antarnegara terhadap perekonomian Indonesia.
Langkah-langkah dalam model Inquiri :
a. Merumuskan Masalah
- Ketidakmampuan negara memenuhi kebutuhan sendiri
b. Mengumpulkan Hipotesis
- Kerjasama antar negara akan membantu pemenuhan kebutuhan suatu bangsa
c. Mengumpulkan Data
- Mencari data-data tentang dampak kerjasama antar negara melalui majalah, surat kabar, internet, dan sebagainya
d. Mengevaluasi Bukti-bukti
- Menganalisis data-data yang diperoleh
e. Membuat Kesimpulan
4. Role Playing
Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembelajaran bermain peran adalah:
a. Menentukan topik atau masalah serta tujuan yang akan dicapai.
b. Memberikan gambaran situasi yang ingin disimulasikan.
c. Membentuk kelompok dan menentukan peran masing-masing.
d. Menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran serta waktu dan lokasi yang disediakan.
e. Melaksanakan simulasi.
f. Melakukan penilaian.
g. Membuat kesimpulan.
Contoh penerapan metode bermain peran pada pembelajaran IPS :
Misalnya guru membelajarkan tentang proses persiapan proklamasi 17 Agustus 1945 dalam peristiwa Rengas Dengklol.
Langkah-langkah dalam model bermain peran:
a. Menentukan topik serta tujuan yang ingin dicapai
b. Memberikan gambaran situasi yang ingin disimulasikan, misalnya menjelaskan dengan menggunakan media kondisi politik Indonesia pasca kekalahan jepang dengan sekutu, Sukarno dan hatta dipnggil pemerinth jepang ke Vietnam, para pemuda berkumpul untuk membicarakan proklamasi kemerdekaan.
c. Membentuk kelompok dan menentukan peran masing-masing
d. Menetapkan lokasi dan waktu pelaksanaan simulasi
e. Melaksanakan simulasi
f. Melakukan penilaian
g. Membut kesimpulan